Selasa, 02 Juni 2015

PSIKOTERAPI


Bentuk-Bentuk utama dalam terapi : Supportive, Reducative dan Reconstructive

Psikoterapi menurut Phares (1992) dapat dibedakan dalam beberapa aspek, yakni menurut taraf kedalamannya, dan menurut tujuannya. Menurut kedalamannya dibedakan psikoterapi suportif, psikoterapi reeducative, dan psikoterapi reconstruktive.
1. Terapi Supportive
Menurut Kembaren (2009), tujuan dari supportive therapy adalah untuk menguatkan daya tahan mental yang telah dimilikinya, mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri serta meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan. Terdapat beberapa bentuk Supportive Therapy, antara lain :
  • Ventilasi : suatu bentuk psikoterapi suportif yang memberi kesempatan seluas-luasnya kepada pasien untuk mengemukakan isi hatinya dan sebagai hasilnya ia akan merasa lega serta keluhannya akan berkurang
  • Persuasi : suatu bentuk psikoterapi suportif yang dilakukan dengan menerangkan secara masuk akal tentang gejala-gejala penyakitnya yang timbul akibat cara berpikir, perasaan, dan sikapnya terhadap masalah yang dihadapinya.
  • Reassurance : suatu bentuk psikoterapi suportif yang berusaha meyakinkan kembali kemampuan pasien bahwa ia sanggup mengatasi masalah yang dihadapinya
  • Sugestif : suatu bentuk psikoterapi suportif yang berusaha menanamkan kepercayaan pada pasien bahwa gejala-gejala gangguannya akan hilang
  • Bimbingan : suatu bentuk psikoterapi suportif yang memberi nasihat dengan penuh wibawa dan pengertian
  • Penyuluhan : adalah psikoterapi suportif yang membantu pasien mengerti dirinya sendiri secara lebih baik agar ia dapat mengatasi permasalahannya dan dapat menyesuaikan diri
Tujuan terapi Supportive

  • menaikkan fungsi psikologi dan sosial
  • menyokong harga dirinya dan keyakina dirinya sebanyak mungkin
  • menyadari realitas, keterbatasannya, agar dapat diterima
  • mencegah terjadinya relaps
  • bertujuan agar penyesuaian baik
  • mencegah ketergantungan pada dokter
  • memindahkan dukungan profesional kepada keluarga

Syarat pemberian terapi :


  • gangguan bersifat sedang
  • kepribadian premorbid pasien yang kuat disertai dengan adanya pemulihan diri yang kuat.

2. Terapi Reducative
Psikoterapi reeducative bertujuan untuk mengubah pikiran atau perasaan klien agar ia dapat berfungsi lebih efektif. Di sini terapis tidak hanya memberi dukungan, tetapi juga mengajak klien atau pasien untuk mengkaji ulang keyakinan klien, mendidik kembali, agar ia dapat menyesuaikan diri lebih baik setelah mempunyai pemahaman yang baru atas persoalannya. Terapis di sini tidak hanya membatasi diri membahas kesadaran saja, namun juga tidak terlalu menggali ketidaksadaran. Psikoterapi jenis redukatif ini biasanya terjadi dalam konseling.


Cara-cara psikoterapi reedukatif antara lain ialah sebagai berikut :
  • Terapi hubungan antar manusia (relationship therapy)
  • Terapi sikap (attitude therapy)
  • Terapi wawancara (interview therapy) analisa dan sinthesa yang distributif (terapi psikobiologik Adolf Meyer)
  • Konseling terapetik
  • Terapi case work
  • Reconditioning
  • Terapi kelompok yang reedukatik
  • Terapi somatik 2
Contoh Psikoterapi Reedukatif:
Terapi Manusia                        : Terapi untuk kepentingan individu

Terapi kelompok                     : Terapi untuk kepentingan kelompok

Terapi Keluarga                       : Berkaitan tentang relasi terdekat

3. Terapi Reconstructive
Terapi Rekonstruktif yakni menyelami alam tak sadar melalui teknik seperti asosiasi bebas, interpretasi mimpi, analisa daripada transfersi atau lebih mudahnya Dicapainya tilikan (insight) akan konflik-konflik nirsadar, dengan usaha untuk mencapai perubahan luas struktur kepribadian seseorang.
Tujuannya : 
Untuk mengubah seluruh kepribadian pasien atau klien, dengan menggali ketidaksadaran klien, menganalisis mekanisme defensif yang patologis, memberi pemahaman akan adanya proses-proses tidak sadar, dan seterusnya. Psikoterapi jenis ini berkaitan dengan pendekatan psikoanalisis dan biasanya langsung intensif dalam waktu yang sangat lama. Pendekatan psikoanalisis dimaksudkan menimbulkan pemahaman pada klien tentang masalah-masalahnya, kemudian mendobrak untuk melakukan pemahaman selanjutnya dan meningkatkan pengendalian ego atas desakan id dan superego.


Sumber :
Slamet I.S. Suprapti & Sumarmo M. 2008. Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta : UI-Press.
http://boydiharten.blogspot.com/2013/04/bentuk-bentuk-utama-dalam-terapi.html
http://naza-blog.blogspot.com/2013/06/bentuk-bentuk-utama-dalam-terapi-terapi.html
http://wildawillie.blogspot.com/2013/05/bentuk-bentuk-utama-dalam-terapi.html

Senin, 04 Mei 2015

Psikoterapi



Perbedaan Konseling dengan psikoterapi

A. Pengertian Konseling

Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut konselor/pembimbing) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Frank Parsons pada tahun 1908 saat ia melakukan konseling karier. Selanjutnya juga diadopsi oleh Carl Rogers yang kemudian mengembangkan pendekatan terapi yang berpusat pada klien (client centered).

Konseling menurut Richard Nelson-Jones merupakan proses psikologi yang tidak ada bedanya dengan aktifitas psikoterapi. Dalam hal ini Richard mencoba menjelaskan bahwa tidak ada bukti yang menjelaskan perbedaan antara aktivitas konseling dengan proses psikoterapi (dalam buku : The Theory and Practice of Counseling Pychology)

Menurut Galdding, konseling berlangsung dalam jangka waktu yang relative singkat,bersifat antar pribadi, sesuai dengan teori-teori yang ada, dilakukan oleh orang yang ahli di bidangnya serta sesuai dengan etika dan aturan-aturan yang ada yang berpusat pada pemberian bantuan kepada orang-orang yang pada dasarnya mengalami gangguan psikologis agar orang-orang yang menyimpang dan mengalami masalah situsional dapat kembali norma.

B. Psikoterapi

Psikoterapi adalah usaha penyembuhan untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku. Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu "Psyche" yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran.

Psikoterapi adalah proses difokuskan untuk membantu Anda menyembuhkan dan konstruktif belajar lebih banyak bagaimana cara untuk menangani masalah atau isu-isu dalam kehidupan Anda. Hal ini juga dapat menjadi proses yang mendukung ketika akan melalui periode yang sulit atau stres meningkat, seperti memulai karier baru atau akan mengalami perceraian (hariyanto, 2010).

C. Perbedaan Konseling dan Psikoterapi
Brammer & Shostrom (1977) mengemukakan perbedaan konseling dan psikoterapi bahwa:
  1. Konseling ditandai dengan adanya terminologi seperti: “educational, vocational, supportive, situational, problem solving, conscious awareness, normal, present-time danshort-time”.
  2. Sedangkan psikoterapi ditandai dengan: “supportive(dalam keadaan krisis), reconstructive, depth emphasis, analytical, focus on the past, neurotic and other severe emotional problem and long-term”.
Perbedaan konseling dan psikoterapi disimpulkan oleh Pallone (1977) dan Patterson (1973) yang dikutip oleh Thompson dan Rudolph (1983), sebagai berikut:

KONSELING UNTUK
PSIKOTERAPI UNTUK
1.    Klien
1.    Pasien
2.    Gangguan yang kurang serius
2.    Gangguan yang serius
3.    Masalah: Jabatan, Pendidikan, dsb
3.    Masalah kepribadian dan pengambilan keputusan
4.    Berhubungan dengan pencegahan
4.    Berhubungan dengan penyembuhan
5.    Lingkungan pendidikan dan non medis
5.    Lingkungan medis
6.    Berhubungan dengan kesadaran
6.    Berhubungan dengan ketidaksadaran
7.    Metode pendidikan
7.    Metode penyembuhan

Daftar Pustaka
Gunarsa, Singgih D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia
Zulkaida, Anita. Handout Psikoterapi. Universitas Gunadarma
Boy Diharten. (2013). Perbedaan antara Konseling dengan Psikoterapi. 4 Mai 2015. dari http://boydiharten.blogspot.com/2013/04/perbedaan-antara-konseling-dan.html

Senin, 30 Maret 2015

Psikoterapi

DEFINISI PSIKOTERAPI

Psikoterapi secara etimologis mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang diartikan sebagai jiwadan “theraphy” dari bahasa yunani yang berarti merawat atau mengasuh. Psikoterapi didefinisikan sebagai perawatan yang secara umum mempergunakan intervensi psikis dengan pendekatan psikologi terhadap pasien yang mengalami gangguan psikis atau hambatan kepribadian (Syarifah Fadlina 2007). Ahmad Warson Munawir (dalam library walisongo, 2005) Dalam bahasa arab psychedapat dipadankan dengan “nafs” dengan bentuk jama’nya “anfus” atau “nufus” yang berarti jiwa, ruh, darah, jasad, orang diri dan sendiri.Sedangkan therapy berarti penyembuhan atau pengobatan.
Psikoterapi (dalam Sylvia) adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-cara psikologik, dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus, yang menjalin hubungan kerjasama secara profesional dengan seorang pasien dengan tujuan untuk menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala dan penderitaan akibat penyakit. Definisi yang lain yaitu bahwa psikoterapi adalah cara-cara atau pendekatan yang menggunakan teknik-teknik psikologik untuk menghadapi ketidakserasian atau gangguan mental.
            Psikoterapi disebut sebagai pengobatan, karena merupakan suatu bentuk intervensi, dengan berbagai macam cara dan metode - yang bersifat psikologik - untuk tujuan yang telah disebutkan di atas, sehingga psikoterapi merupakan salah satu bentuk terapi atau pengobatan disamping bentuk-bentuk lainnya dalam ilmu kedokteran jiwa khususnya, dan ilmu kedokteran pada umumnya.  
Pengertian psikoterapi secara istilah, ada beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli. Diantaranya (library walisongo, 2005):
a.       Corsini
Psikoterapi adalah proses moral dari interaksi dari dua pihak. Setiap pihak biasanya terdiri dari satu orang. Tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan untuk keadaan yang tidak menyenangkan pada salah satu bidang.
Berikut, fungsi kognitif (kelainan pada fungsi berfikir) fungsi afektif (penderitaan atau kehidupan emosi yang tidak menyenangkan) atau fungsi perilaku (ketidaktepatan perilaku), dengan terapi yang memiliki asal-usul kepribadian, perkembangan mempertahankan dan mengubah bersama-sama dengan beberapa metode erawatan yang mempunyai dasar teori dan profesinya diakui resmi untuk bertindak sebagai terapi. Singgih D. Gunarso (dalam library walisongo, 2005)
b.      Lewis R. Worberg M.D.
Dalam bukunya yang berjudul The Technique Psychotherapy,mengatakan psikoterapi adalah perasaan dengan menggunakan alat-alat psikologi terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional dimana seorang ahli secara sengaja menciptakan hubungan profesional dengan pasien yang bertujuan ; menghilangkan, mengubah atau menurunkan gejala-gejala yang ada. Memperantarai (perbaikan) pola tingkah laku yang rusak. Meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian yang positif. Abdul Aziz (dalam library walisongo, 2005)
c.       Warson dan Morse
Psikoterapi adalah bentuk khusus dari interaksi antara dua orang pasien dan terapis pada mana memiliki dari interaksi. Karena mencari bantuan psikologis dan terapi menyusun interaksi dengan menggunakan dasar psikologis untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dalam kehidupanya dengan mengubah pikiran, perasaan, dan tindakanya. Singgih D. gunarso (dalam library walisongo, 2005)
d.      C. P. Chaplin
Dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Dr. Kartini Kartono mengatakan bahwa psikoterapi adalah penyembuhan lewat keyakinan agama dan diskusi personal dengan para guru ataupun teman. M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky (dalam library walisongo, 2005)

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka pengertian psikoterapi adalah proses perawatan atau penyembuhan penyakit kejiwaan melalui teknik dan metode psikologi. Kata islam adalah kata yang mensifati dari kata psikoterapi. Maksudnya bahwa praktek psikoterapi tersebut dilaksanakan sesuai dengan ajaran dan norma islam.
M. Hamdani Bakran Adz-dzaky (dalam library walisongo, 2005) mengemukakan bahwa pengertian psikoterapi islam adalah proses pengobatan dan penyembuhan dengan melalui bimbingan al-Qur’an dan As-Sunnah Nabi Muhammad s.a.w. atau secara empirik adalah melalui bimbingan dan pengajaran Allah, Malikat-MalaikatNya, RosulNya, atau ahli waris para NabiNya.
H. Fuad Anshori (dalam library walisongo, 2005) juga mengemukakan psikoterapi islam adalah upaya penyembuhan jiwa (nafs) manusia secara rohaniyyah yang didasarkan pada tuntutan al-Qur’an dan al-Hadits, dengan metode anlisi esensial empiris serta ma’rifat terhadap segala yang tampak pada manusia.
Psikoterapi islam juga dapat diartikan sebagai upaya mengatasi beberapa problem kejiwaan yang didasrkan pada pandangan agama islam.

Definisi Psikoterapi lainnya Interaksi sistematis klien-terapis dengan memanfaatkan prinsip psikologis, untuk melakukan perubahan pikiran, perasaan dan perilaku klien, dengan tujuan membantu klien mengatasi perilaku abnormal, memecahkan masalah dan atau berkembang sebagai individu.


DAFTAR PUSTAKA
ü  Fadlina, S. (2007). Laporan praktek kerja profesi apotek kimia farma no. 107 Medan. USU e- Repository 2008. Diakses tanggal 30 Maret 2015 Diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14351/1/063202129.pdf



ü  Diakses tanggal 30 Maret 2015 Diakses dariocw.usu.ac.id/.../pkl_142_slide_intervensi_dalam_psikologi_klinis.pdf

Rabu, 21 Januari 2015

Psikologi Manajemen

Tugas ke-15

Definisi komunikasi Interpersonal Efektif, Model Pengolahan Informasi, Model Interaktif Manajemen

A. Definisi Komunikasi Interpersonal Efektif
     Berkomunikasi dengan orang lain baik secara tatap muka langsung maupun dalam kelompok, dengan menggunakan berbagai media, yang disebut komunikasi interpersonal.

     1. Definisi berdasarkan komponen (componential)
Berdasarkan komponen menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan mengamai komponen-komponen utamanya hal ini, penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untyk memberikan umpan balik.

       2. Definisi berdasarkan hubungan diadi (dyadic)
Komunikasi antar pribadi (interpersonal comunication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap para pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal. Komunikasi antar pribadi ini adalah komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru murid. Ciri-ciri komunikasi diadik adalah pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat, pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara spontan.

        3. Definisi berdasarkan pengembangan (developmental)
Komunikasi antar pribadi dilihat sebagai akhir dari perkembangan dari komunikasi yang bersifat tak pribadio atau interpersonal. Pada suatu ekstrim menjadi komunikasi pribadi atau intim pada ekstrim yang lain. Perkembangan ini mengisyaratkan atau mendefinisikan pengembangan komunikasi antar pribadi.

B. Model Pengolahan Informasi
     Model-model Pengolahan Informasi pada dasarnya menitikberatkan pada cara-cara memperkuat dorongan-dorongan internal (datang dari dalam diri) manusia untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahannya, serta mengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya. Model pengolahan informasi dibawah ini ada 4 yaitu:
1. Rational2. Limited capacity3. expert4. cybernetic

C. Model Interaktif Manajemen
1. Confidence
Kenyamanan dapat membuat suatu organisasi bertahan lama dan menimbulkan suatu kepercayaan dan pengertian.
2. Immediacy
Suatu model organisasi yang membuat suatu organisasi tersebut menjadi segar dan tidak membosankan
3. Interaction management
Adanya berbagai interaksi dalam manajemen seperti mendengarkan dan juga menjelaskan kepada berbagai pihak yang bersangkutan
4. Expressiveness
Mengembangkan suatu komitmen dalam suatu organisasi dengan berbagai macam ekspresi perilaku.
5.  Other-orientation

Daftar Pustaka
Kartini Hartono. 1994. Psikologi sosial untuk manajemen, perusahaan dan Industri. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia .Jakarta; Profesional book, edisi 5, Hal. 231
Arni Muhammad. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara
Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Rosda.
Wiryanto, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:Grasindo. 
http:// gotheblock.blogspot .com/ 2013/12/komunikasi-dalam-manajemen_27.html
T. Handoko Hani. 1999. Manajemen Edisi 2. Yogyakarta: Penerbit BPFE.
http:// www. lusa.web.id/ proses-komunikasi / 

Psikologi Manajemen

Tugas ke-14

Definisi Komunikasi, Proses Komunikasi, Hambatan Komunikasi

A. Definisi Komunikasi
     Komunikasi adalah sebagai proses pemindahan dalam gagasan atau informasi seseorang kepada orang lain. Komunikasi mempunyai arti tidak hanya berupa kata-kata yang disampaikan kepada seseorang namun mempunyai arti yang lebih luas seperti mengekspresikan wajah, intonasi, dan sebagainya.

B. Proses Komunikasi
    1. Model komunikasi antar pribadi 
        Model yang paling sederhana dalam komunikasi antar pribadi adalah adanya pengirim, berita dan penerima. Jika salah satu dari tiga elemen hilang maka tidak bisa disebut dengan komunikasi.
Contoh model komunikasi yang paling canggih adalah Model Proses.
1) Pengiriman adalah seseorang yang mempunyai kebutuhan serta mempunyai kepentingan untuk mengkomunikasi kepada orang lain.
2) Pengkodean (encoding) adalah pengirim yang mengkodekan informasi yang akan disampaikan ke dalam symbol atau isyarat yang biasanya dalam bentuk kata agar orang lain mengerti apa informasi yang disampaikan.
3) Pesan (massage) dapat berupa berbagai bentuk yang dapat dirasakan atau dapat dimengerti satu atau lebih panca indera penerima.
4) Saluran (channel) adalah cara mentransmisikan pesan, misalnya kertas untuk surat.
5) Penerima (receiver) adalah orang yang menafsirkan pesan dari penerima.
6) Penafsiran kode (decoding) adalah proses dimana penerima menafsirkan pesan dan menerjemahkan menjadi informasi yang berarti.
7) Umpan balik (feedback) adalah pembalik dari proses komunikasi dimana reaksi terhadap komunikasi pengirim dinyatakan.

    2. Model komunikasi dalam organisasi
        Raymond V. Lesikar ada faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi, yaitu:
1) Jalur komunikasi formal 
2) Struktur wewenang
3) Spesialisasi jabatan
4) Pemilikan informasi

C. Hambatan Komunikasi
     1. Hambatan Organisasional:
a. Tingkatan Hieararki : bila organisasi tumbuh dan berkembang akan menimbulkan berbagai masalah organisasi, karena menambah tingkatan memakan waktu yang panjang dan ketepatannya semakin berkembang.
b. Wewenang Manajerial : Bahwa mengendalikan orang lain juga menimbulkan hambatan terhadap komunikasi. 
c. Spesialisasi : Perbedaan fungsi, kepentingan dan istilah-istilah lainnya membuat orang merasa ada dalam dunia berbeda, yang akhirnya menghalangi masyarakat.

    2. Hambatan antar pribadi :
        Kesalahan dalam komunikasi juga dipengaruhi oleh faktor ketidaksempurnaan manusia dan bahasa. Maka perlu memperhatikan :
a. Persepsi selektif
b. Kedudukan komunikator
c. Keadaan membela diri
d. Pendengaran lemah
e. Ketidaktetapan penggunaan bahasa


Daftar Pustaka
Jones, Gareth R. Organizational Theory : Text and Cases, Addison Wesley, 1995
Robbins, Stepehen P. Managing Today, 2nd Ed, Prentice Hall, 2000
Stoner, James A.F., et al., Management, 6th Ed., Prentice Hall Inc, Englewood Cliffs, 1995
C.S., Raymond. 1977. Organizational Behavior: A Book Reading. New York: McGrawHill.

Sabtu, 06 Desember 2014

Psikologi Manajemen


Definisi, Jenis-jenis, dan Proses Konflik



Tulisan ke-13

A. Definisi Konflik
Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli.
  1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
  2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
  3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.

B. Jenis-jenis Konflik
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 6 macam :
  • Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
  • Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
  • Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
  • Konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
  • Konflik antar atau tidak antar agama
  • Konflik antar politik.
  • konflik individu dengan kelompok

C. Proses Konflik
Menurut Hendricks, W.(1992) prose terjadinya konflik terdiri dari 3 tahap :
1.      Peristiwa sehari-hari , yaitu ditandai dengan adanya individu meresa tidak puas atau jengkel terhadap lingkungan  kerja.
2.      Adanya tantangan, yaitu apabila terjadi masalah, individu saling mempertahankan pendapat mereka masing-masing dan menyalahkan pihak lain. Masing-masing anggota menganggap perbuatan yang dilakukan sesuai dengan standar dan aturan aaaaorganisasi.
3.      Timbulnya pertentangan, yaitu pada tahap ini masing-masing  individu atau kelompok bertujuan untuk menang dan mengalahkan kelompok lain.

Daftar Pustaka:
Robbins, Stephen P., Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat
Soetopo, Hendyat. 2010. Perilaku Organisasi Teori dan Praktik di Bidang Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional. Yogyakarta: Andi Offset Suprihanto, John, TH. Agung M. Harsiwi, Prakoso Hadi. 2003. Perilaku Organisasional. Yogyakarta: STIE YKPN